Riya’ Bahaya! Bener!
Dalam sebuah cerita, dikisahkan ada seorang karyawan muda yang bekerja di sebuah kantor. Ia ditugaskan oleh atasannya untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sangat penting. Sang atasan sangat mengharapkan ia dapat melaksanakan pekerjaan tersebut dengan baik dan menyerahkan laporannya dalam batas waktu yang telah ditetapkan. Maka karyawan muda itu pun melaksanakannya dengan penuh antusias. Setelah pekerjaan tersebut usai, ia menyerahkan laporannya kepada atasan.
Ceritanya gak cukup sampai disini. Ternyata karyawan muda tadi punya pacar (yang tentu saja seorang perempuan, hehe) yang bekerja di perusahaan pesaing. Sebetulnya hubungan mereka belum terlalu serIYUS. Namun karena ia ingin pacarnya itu senang, sehingga ia makin dicintai, makin disayang, dan bla.. bla.. bla.. (gak tau gimana, coz penulis belum pernah pacaran, ehemm..) maka ia memperlihatkan sebagian hasil laporan yang dia kerjakan kepada sang pacar.
Tentu saja, informasi tersebut sangat berguna sehingga pacarnya senang. Toh, gak ada yang tahu ini, semuanya lancar-lancar aja, batin si karyawan.
Coba bayangkan, seandainya atasannya tahu apa yang dilakukan oleh anak buahnya yaitu membocorkan rahasia perusahaan, apa kira-kira yang terjadi? JEGERRR…!!
YA! Tentu atasannya akan memecat karyawan muda itu karena kesalahan fatal yang dilakukannya. Atau minimal ia mendapat peringatan keras dari atasannya. Memang ia (karyawan) tidak berniat menjadi “double agent” di perusahaan pesaing. Namun dengan mencoba menarik hati pacarnya menggunakan informasi perusahaan, jelas ini membahayakan perusahaan yang ia geluti. Terlebih lagi perusahaan lain yang menerima info itu adalah pesaingnya….WAHH!! Pecat aja tuh!!
Perbuatan pegawai yang menyerahkan pekerjaan dan laporan kepada perusahaan lain merupakan perumpamaan dari perbuatan Riya’.
Riya’ sendiri adalah melakukan pekerjaan dimana hasilnya tidak diserahkan kepada yang semestinya dituju. Dalam pengertian yang lebih spesifik, Riya’ adalah mengerjakan suatu (amalan) ibadah dengan tujuan ingin dilihat oleh orang lain.
Misalnya nih, seseorang yang melakukan shalat agar dilihat oleh, contohnya, calon mertua biar imagenya bagus di mata camer..huu :p
Nabi bersabda, “Aku khawatirkan syirik kecil terdapat dalam diri kalian.” Para sahabat bertanya, “Apa maksud syirik kecil itu, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ialah Riya’.”
Kelak jika hari Pembalasan tiba, Allah akan berkata kepada pelaku Riya’, “Pergilah kamu! Pergilah kepada orang-orang yang kamu beramal karena mereka. Lihatlah mereka sekarang, niscaya kamu tidak mendapatkan balasan kebaikan dari orang itu.”
Perbuatan Riya’ amat dicela oleh Allah. Perbuatan itu bahkan dijuluki Syirkun Asghor (syirik kecil). Namanya juga syirik, mau besar kek, mau kecil kek, sama! Sama-sama membahayakan keselamatan kita di akhirat. Nah, Riya’ juga bisa disebut dengan pamer. Tentu saja, pamer dalam perbuatan ibadah. Yang semestinya buat Allah semata, eeh malah disalah gunakan..ckck, na’udzu billah deh >_<
TerIYUS (baca: terus…hee maksa), di hari Akhir nanti Allah akan menyuruh para pelaku Riya’ tadi untuk minta imbalan dari orang yang dipamerinya. Dah jelas dong, orang itu gak mampu memberi imbalan. Wong nasib dia aja gak jelas, ya kan?
Nah, sama kayak cerita atasan-karyawan diatas. Si atasan ngomong “Karena kamu udah pamer sama pacarmu, nanti akhir bulan kamu minta gajinya sama dia aja!!” Haha, emang sih cerita ini fiktif. Tapi coba bayangin kalo kenyataan, so pasti pacarnya gak bakal sanggup menggaji karyawan muda, walaupun pacarnya sendiri. Dirinya aja belum cukup gajinya. Begitulah nasib tukang pamer ibadah alias Riya’.
Kasian banget yah, semoga kita terhindar dari perbuatan macem tuu… (kok malah Pin-Ipin??)
Amiiinnn…..
Pondok Peace ‘N Trend Daar El-Istiqaamah,
Yaumul Itsnain, 2 Dzulhijjah 1431 H
Senin, 8 November 2010 M
Muhammad Yusran Ibn Muhammad Yunus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar